Kamis, 18 Juli 2019

Harga LNG Mempengaruhi Harga Acuan Anjlok, Ekspor Batu Bara Turun

Export batu bara Indonesia sepajang Januari-Juni 2019 turun 4, 98% sejalan melemahnya harga jual dan berlebihnya persediaan di pasar global. AJENG DINAR ULFIANA | KATADATA Kegiatan di tambang Batu bara legal di Desa Jahab, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur (17/1) . Tubuh Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai export batu bara pada Januari-Juni 2019 sebesar US$ 11, 22 miliar, turun 4, 98% dibanding periode yg sama pada tahun yang kemarin US$ 11, 81 juta.

Turunnya harga jual gara-gara persediaan yg berlebihan dikatakan jadi aspek pembawa turunnya export periode itu.  BPS bahkan juga mencatat, pada Juni 2019 export batu bara turun sebesar 14, 42% jadi US$ 1, 7 miliar dari periode yg sama tahun sebelumya US$ 1, 99 miliar. (Baca : Analis : Turunnya Harga LNG Jadi Yang menimbulkan Merosotnya Harga Batu Bara) Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menuturkan penurunan nilai export itu diakibatkan oleh anjloknya harga batu bara, baik di global ataupun dalam negeri.

Penurunan itu didorong oleh berlebihnya persediaan di pasar global, terlebih semenjak Rusia serta Kolombia memasok batu baranya ke Asia. " Kolombia, Rusia saat ini telah mulai masuk pasar Asia. Jadi harga turun, " kata Hendra, terhadap Katadata. co. id, Selasa (16/7) . Harga Batu Bara Panutan (HBA) mencatat mode penurunan semenjak tahun yang kemarin. Mengenai pada bulan ini HBA cuma kira-kira US$ 71, 92 per ton, atau turun 13, 2% dibandingkan Juni 2019 yg masih ada di kira-kira US$ 81, 48 per ton.

Artikel Terkait : harga batu alam per meter

Harga panutan itu sekalian adalah yg paling rendah semenjak November 2016. HBA sudah sempat naik sampai tembus US$ 100 per ton pada 2018, akan tetapi terus berangsur turun. Pada Januari 2019, HBA tertulis ada di level US$ 92, 41, setelah itu turun jadi US$ 91, 80 pada Februari, serta sampai US$ 90, 57 pada Maret. Pada April HBA kembali tergelincir ke level US$ 88, 85 per ton. Akan tetapi, pada Mei 2019 HBA sudah sempat naik tipis jadi US$ 89, 53 per ton.

Mengenai per Juni, HBA kembali turun jadi US$ 81, 49 per ton dengan penurunan makin tajam ke US$ 71, 92 per Juli 2019. Selain itu, harga batu bara panutan Newcastle alami penurunan harga. Akhir 2018, harga batu bara dengan kalori tinggi ada di kira-kira US$ 100 dolar per ton, yg setelah itu terus alami kontraksi selama paruh pertama 2019. Sampai awal Juli, harga batubara panutan Newcastle ada di kira-kira US$ 77 per ton. (

Analis Trimegah Sekuritas Sandro Sirait menuturkan penurunan harga batu bara Newcastle diakibatkan oleh rendahnya permohonan dari negara dengan kepentingan batu bara kalori tinggi seperti Korea serta Jepang. Ke dua negara itu lebih menentukan menambah pemanfaatan gas alam cair (liquefied wajar gas/LNG) jadi daya pembangkit listrik. Harga LNG semenjak awal tahun turun dari US$ 9 per Juta British Thermal Unit (mmbtu) jadi US$ 4, 5 mmbtu. Mengenai mengonsumsi batu bara buat kepentingan pembangkit di Korea serta Jepang tertulis kira-kira 40%, sedang 60% yang lain datang dari LNG.

" Permohonannya lumayan melemah, lantaran murahnya harga LNG, " kata Sandro, terhadap Katadata. co. id, Selasa  (9/7) . Sedang, buat permohonan batu bara dari Tiongkok condong konstan. Bahkan juga berlangsung penambahan 5% pada Mei 2019 dibanding periode yg sama pada tahun yang kemarin. Demikian pula buat batu bara Newcastle diproyeksikan sekian bulan kedepan harga dikit lebih baik di kira-kira US$ 88 per ton. " Kalaupun data impornya Tiongkok lima bulan paling akhir masih strong, year on year tambah tinggi, " ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar